Makalah Tentang Diksi
A.
Pengertian Diksi
Diksi ialah pilihan kata.
Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan selaras untuk menyatakan atau
mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. Pilihan kata merupakan
satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia
tutur setiap hari. Ada beberapa pengertian diksi di antaranya adalah membuat
pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa
yang disampaikan oleh pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi
yang efektif, melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal, membentuk
gaya ekspresi gagasan yang tepat sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Dalam KBBI (2002) diksi diartikan
sebagai pilihan kata yanng tepat dan selaras dalam penggunaanya untuk
menggungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang
diharapkan.
Menurut seorang ahli Widyamartaya
(1990) menjelaskan bahwa diksi adalah kemampuan seseorang membedakan secara
tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya dan
diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna dan kesesuaian
situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar.
Menurut Achmadi (1990) Memberikan
definisi diksi adalah seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide atau gagasan
dan perasaan.
Menurut Enre (1988) Menjelaskan
bahwa diksi ialah pilihan kata dan penggunaan kata secara tepat untuk mewakili
pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat.
B.
Fungsi
Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi
adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah
kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan
pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan
antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan
kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi
untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan
adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih
runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar
tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.
C.
Manfaat
Diksi
Manfaat diksi yakni agar pembaca atau
pendengar bisa membedakan secara baik terhadap kata-kata denotatif, konotatif,
sinonim, antonim, dan juga kata yang hampir memiliki ejaan yang mirip.
Sedangkan bagi penulis, diksi bermanfaat agar penulis bisa membedakan kata-kata
yang di tulisnya sendiri dan kata-kata yang dikutipnya dari orang lain
.
D.
Ciri-Ciri
Diksi
Adapun
ciri-ciri diksi diantaranya :
1)
Tepat
dalam pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang diamanatkan
2)
Dapat
digunakan untuk membedakan secara tepat nuansa makna dan bentuk yang sesuai
dengan gagasan dan situasi serta nilai rasa pembaca.
3) Menggunakan
pembendaharaan kata yang dimiliki masyarakat bahasanya dan dapat menggerakan
dan memberdayakan kekayaan tersebut menjadi jaring kata yang jelas.
E. Jenis-Jenis Diksi
Jenis Diksi Berdasarkan Maknanya :
1)
Makna
Denotatif
Denotatif berarti makna
asli, makna asal, atau makna yang sebenarnya dari suatu kalimat atau kata.
Contohnya:
a)
Shinta sangat “gemar membaca”, maka tidak heran jika dia pintar dan
berpengetahuan luas.
b)
Arman terlihat senang, mungkin dia sedang mendapat “keuntungan yang
melimpah”.
c)
Badan helen sangat kurus (Kata kurus, bermakna denotatif keadaan
tubuhnya yang lebih kecil dari ukuran badannya normal)
2) Makna Konotatif
Konotatif, yaitu menyatakan makna yang mempunyai arti bukan yang
sebenarnya dari suatu kalimat atau kata.
Contohnya :
a) Adnan “banting tulang”, bekerja pagi sampai sore
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. (kata “banting tulang” diartikan bahwa
Adnan bekerja keras).
b) Rima adalah murid yang “kutu buku” jadi tidak heran
jika dia pintar dan berpengetahuan luas. (kata “kutu buku” diartikan bahwa Rima
gemar membaca buku).
c) Tama sangat bahagia, mungkin dia sedang mendapat
“durian runtuh”. (kata “durian runtuh” diartikan bahwa Tama mendapat keuntungan
melimpah).
Jenis Diksi Berdasarkan Leksikal :
1) Sinonim
Sinonim adalah kata yang
memiliki makna sama. dengan kata lain,sinonim adalah persamaan kata.
Contohnya :
a) Bahagia =
Senang
b) Matahari =
Mentari
c) Cantik =
Elok
2) Antonim
Antonim
adalah kata yang memiliki makna yang berlawanan. Dengan kata lain, antonim
adalah perbedaan kata.
Contohnya
:
a) Naik><Turun
b) Besar><Kecil
c)Banyak ><Sediki
3) Homonim
Homonim
adalah kata yang memiliki makna berbeda, namun lafal atau ejaannya sama.
Contohnya :
a) Pada awal Bulan, ayah selalu menerima upah kerja.
b) Bulan purnama terlihat sangat jelas karena langit
tidak berawan.
Kata “Bulan”, pada kalimat
pertama dan kedua kata tersebut memiliki lafal dan ejaan yang sama namun
maknanya berbeda. Jika pada kalimat pertama menunjukan tanggal, sedangkan
kalimat kedua menunjukan bulan di langit.
4) Homofon
Homofon
adalah kata yang memiliki makna dan ejaan berbeda, namun memiliki lafal yang
sama.
Contohnya :
a) Rima rajin menabung di Bank.
b) Bang Dimas merupakan kakak Rima
Kata “Bank” dan “Bang”, memiliki lafal yang
sama namun memiliki ejaan dan makna berbeda. Pada kalimat pertama menunjukan
tempat, sedangkan kalimat kedua menunjukan arti saudara.
5) Homograf
Homograf adalah kata yang memiliki makna dan lafal yang berbeda, tapi
memiliki ejaan yang sama.
Contohnya :
a)
Dila sedang makan Tahu goreng di warung.
b)
Dila tidak Tahu bahwa hari ini hari Selasa
Kata
“Tahu” pada kedua kalimat diatas memiliki ejaannya sama. Pada kalimat pertama
menunjukan makanan dan kalimat kedua menunjukan lupa akan hari.
6) Polisemi
Polisemi
adalah kata yang memiliki banyak arti.
Contohnya :
a)
Menabung di bank, maka akan
mendapatkan Bunga.
b)
Rima adalah bunga desa di kampung
ini.
7) Hipernim
dan Hiponim.
Hipernim adalah kata yang
mewakili banyak kata lain. Jadi sebuah kata hipernim bisa menjadi kata umum
dari penyebutan kata lainnya. Sedangkan Hiponim adalah kata yang terwakili
artinya oleh sebuah kata hipernim.
Contohnya :
a)
Di hutan banyak berbagai macam binatang
liar, contohnya seperti harimau, srigala, macan tutul, rusa, kera, dan lain
sebagainya
Kata
hipernim: Binatang liar. Sedangkan kata hiponim: harimau, srigala, macan tutul,
rusa, kera, dan lain sebagainya.
F. Syarat-Syarat Diksi
Agar dapat menghasilkan
cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi
syarat, seperti:
a) Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu
gagasan.
b) Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan
untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang
ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan
situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
c) Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan
kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah
dimengerti
Contoh Paragraf:
a)
Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan
teman-temanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak
terasa hari sudah sore. Kami pun pulang tak lama kemudian
b)
Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana
untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai
disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup.
Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut
kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari disana, kami pulang
dengan hati senang.
c)Kedua paragraf diatas
punya makna yang sama. Tapi dalam pemilihan diksi pada contoh paragraf kedua
menjadi enak dibaca, tidak membosankan bagi pembacanya.
G. Pembentukan Kata Dalam Diksi
Ada
dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang
sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.
H. Kata Ilmiah, Kata Populer, Kata
Jargon, Dan Kata Slang
a) Kata
ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia.
b) Kata
popular adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat
umum.
Berikut adalah contoh dari kata ilmiah dan kata
popular :
Kata Ilmiah
|
Kata Popular
|
Analogi
Frustasi
Prediksi
Kontradiksi
Anarki
|
kiasan
rasa kecewa
ramalan
pertentangan
kekacauan
|
c) Jargon adalah kata-kata yang mengandung makna
suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap aneh kata ini juga merupakan
kata sandi/kode rahasia untuk kalangan terterntu (dokter,militer,perkumpulan
rahasia,ilmuwan dsb).
Contohnya :populasi, volume, abses, H2O, dan sebagainya.
d) Kata
slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang berupa pengrusakan
sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain. Kata-kata ini
bersifat sementara,kalau sudah teras usang hilang atau menjadi kata-kata biasa.
Contohnya :asoy, mana tahan dan sesuatu ya .
I. Pilihan Kata Dan Penggunaan
Diksi
1). Kata dari dan daripada
Contohnya
:
a) Kertas itu terbuat dari kayu jati (keterangan asal)
b) Peristiwa itu timbul dari peristiwa seminggu yang lalu
(keterangan sebab)
c) Buku itu ditulis dari pengalamanya selama di Jerman
(menyatakan alasan)
2). Kata pada dan kepada
Contohnya
:
a) Buku catatan saya ada pada Astuti (pengantar keterangan)
b) Saya ketemu dengan dia pada suatu sore hari. (keterangan
waktu)
3). Kata di dan ke
Contohnya
:
a) Atika sedang berada di luar kota (fungsi kata depan
di)
b) Di saat usianya suadah lanjut, orang itu semakin malas belajar
(keterangan waktu)
4). Kata dan dan dengan
Contohnya :
a) Ayah dan Ibu pergi ke Jakarta kemarin
b) Ibu memotong kue dengan pisau
5). Kata antar dan antara
Contohnya :
a) Kabar ibu belum pasti,antara benar dan tidak (menyataan pemilihan)
b) Dia akan tiba antara jam 04.00 sampai jam 06.00 (jangka waktu)
J. Gaya Bahasa
1) Pengertian
Gaya Bahasa
Gaya bahasa dikenal dalam retorika
dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis
pada lempengan lilin. Keahlian dalam menggunakan alat ini akan mempengaruhi
jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan
dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style berubah menjadi
kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah.
Karena perkembangan itu, gaya bahasa
atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang
mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian fakta, frasa atau klausa tertentu. Sebab
itu, persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan : pilihan kata
secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah
wacana secara keseluruhan.
Walaupun kata style berasal dari bahasa
Latin, orang Yunani sudah mengembangkan sendiri teori-teori mengenai style itu.
Ada dua aliran yang terkenal, yaitu :
a)
Aliran Platonik:
menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan, menurut mereka ada ungkapan
yang memiliki style, ada juga yang tidak style.
b) Aliran
Aristoteles: menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang inheren, yang ada
dalam ungkapan.
Dengan
demikian, aliran Plato mengatakan bahwa ada karya yang memiliki gaya dan ada
karya karya yang sama sekali tidak memiliki gaya. Sebaliknya, aliran
Aristoteles mengatakan bahwa semua karya memiliki gaya, tetapi ada karya yang
memiliki gaya yang tinggi ada yang rendah, ada karya yang memiliki gaya yang
kuat ada yang lemah, ada yng memiliki gaya yang baik ada yang memiliki gaya
yang jelek.
Bila kita melihat gaya secara umum, kita dapat
mengatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui
bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Dengan menerima pengertian
ini maka kita dapat mengatakan “cara berpakaiannya menarik perhatian banyak
orang”, “Cara menulisnya lain dari pada kebanyakan orang”, “Cara jalannya lain
dari pada yang lain”, yang memang sama artinya dengan “gaya berpakaian”, “gaya
menulis” dan “gaya berjalan”. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara
menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak
dan kemampuan seseorang yang menggunakan bahasa itu. Semakin baik gaya
bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya, semakin buruk gaya
bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan kepadanya.
Akhirnya
style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran
melalui bahasa secara khas yang diperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis
(pemakai bahasa).
2)
Gaya Bahasa Berdasarkan Pemilihan Kata
Berdasarkan
pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai
untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan
kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata
lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi
situasi-situasi tertentu. Dalam bahasa standar (baahasa baku) dapatlah
dibedakan : gaya bahasa resmi (bukan bahasa resmi), gaya bahasa tak resmi dan
gaya bahasa percakapan.
a)
Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang
dipergunakan dalm kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang digunakan oleh mereka
yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Amanat
kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah mimbar, pidato-pidato yang
penting, artikel-artikel yang serius, atau esei yang membuat subyek-subyek yang
penting, semuanya dibawakan dengan bahasa resmi.
b) Gaya
Bahasa Tak Resmi Gaya bahasa tak resmi juga gaya bahasa yang dipergunakan dalam
bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau
kurang formal. Gaya ini biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis,
buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau bulanan yang baik, dalam
perkuliahan, editorial, kolumnis dan sebagainya. Singkatnya gaya 13 bahasa tak
resmi adalah gaya bahasa yang umum dan normal bagi kaum terpelajar. Menurut
sifatnya, gaya bahasa tak resmi ini dapat juga memperlihatkan suatu jangka
variasi, mulai dari bentuk informal yang paling tinggi (yang sudah bercampur
dan mendekati gaya resmi) hingga gaya bahasa tak resmi yang sudah bertumpang
tindih dengan gaya bahasa percakapan kaum terpelajar.
c) Gaya
Bahasa Percakapan Sejalan dengan kata-kata percakapan, terdapat juga gaya
bahasa percakapan. Dalam gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata
populer dan kata-kata percakapan. Kalau dibandingkan dengan gaya bahasa resmi
dan gaya bahasa tak resmi, maka gaya bahasa percakapan ini dapat diumpamakan
sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu berarti bahasanya masih lengkap untuk
suatu kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi
kebiasaan ini agak longgar bila dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan gaya
bahasa tak resmi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kreativitas dalam memilih kata merupakan
kunci utama pengarang dalam menulis gagasan atau ungkapan. Penguasaan dalam
pengolahan kata juga merupakan kunci utama dalam menghasilkan tulisan yang
indah, dapat dibaca serta ide yang ingin disampaikan penulis dapat dipahami
dengan baik.
Kata yang tepat akan membantu
seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya baik.
Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang mengungkapkan makna konsep,
proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Berdasarkan kesimpulan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa diksi mempunyai persamaan yaitu sama-sama penulis
ingin menyampaikan sesuatu di hasil karya tulisannya dengan maksud agar pembaca
dapat memahami maksud dan tujuan penulis.
Diksi merupakan
bagian penting dalam pembuatan sebuah karya ilmiah karna karangan atau karya
ilmiah yang baik bukan hanya dilihat dari isi karya ilmiah tersebut tetapi juga
dilihat dari pemilihan kata yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah
tersebut.
A. Saran
Penulis
mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan makalah ini
mengenai pengetahuan diksi. Penulis menyarankan kepada semua pembaca untuk
mempelajari pengolahan kata dalam membuat kalimat. Dengan mempelajari diksi
diharapkan mahasiswa dan mahasiswi memiliki ketetapan dalam menyampaikan
dan menyusun suatu gagasan agar yang disampaikan mudah dipahami dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Adi,Tri. (2007)Inilah
Bahasa Indonesia Jurnalistik, CV Andi Offset, Yogyakarta.
Amran, Tasai. (2010)Cermat Berbahasa Indonesia( Jakarta : CV Akademika Pressindo).
Rahaedi, Kunjana. (2003). Bahasa Indonesia Perguruan Tinggi. Erlangga. Jakarta
Juwita, Silvia Ratna, dkk (2019). Bahasa Indonesia (hal 120-141)Jakarta :
Universitas Esa Unggul.
Comments
Post a Comment