#BsIndo Biografi Indra Maulana Yasya
BIOGRAFI INDRA MAULANA YASYA
Indra Maulana Yasya atau biasa
disapa Indra atau memiliki nama lain Yasya Indra, lahir pada tanggal 8 Mei 2000
di Tangerang. Indra berasal dari keluarga menengah dengan ayah yang seorang
karyawan swasta dan ibunya yang merupakan pekerja rumah tangga.
Indra kecil adalah anak yang suka menghabiskan waktu di dalam rumah
dan gemar menonton TV. Acara tv kartun
yang menjadi favoritnya adalah Hey Arnold, Jimmy Neutron. Semasa Sekolah Dasar,
Indra menjadi anak yang biasa biasa saja, pemalas tapi untungknya dia terbiasa
mandiri dalam segala hal sampai sampai ibunya tidak pernah mengingatkan dirinya
untuk belajar karena ibunya yakin Indra bisa mengatur waktunya sendiri
Itulah alasan kuat bagi ibunya untuk
memondokkan Indra di kampung halaman Ayahnya. Kebumen, Jawa Tengah. Indra
belajar banyak sekali ilmu agama disana, mempunyai banyak teman dari berbagai
tempat dan selalu dikelilingi teman teman yang usianya jauh lebih tua. Hal itu
juga yang menyebabkan pemikiran Indra berbeda dengan anak anak sepantarannya,
Indra kerap sekali dibully karena dia pendiem, tidak suka bercanda, dan terlalu
serius.
Kenakalan Indra waktu SMP yang
paling membekas adalah dia suka mampir ke warnet setiap pulang sekolah, dan
terkadang hal itu membuat ia telat mengikuti kegiatan di pondok, seperti
mengaji, dsb. Di warnet, biasanya Indra suka mendownload film, menonton music
klip, dan bersosial media, semua ini suka ia lakukan karena di pondok dilarang
membawa handphone. Hingga pada suatu hari di warnet yang sering ia datangi,
Indra menemukan buku tentang algoritma di meja OP warnet, karena tertarik dan
penasaran Indra meminjam buku tersebut dan membawanya ke pondok untuk
dipelajari.
Di sela sela waktu pengajian atau
kalau ada waktu longgar, Indra suka berdiskusi tentang pelajaran sekolah
bersama temannya yang bernama Miftah. Biasanya, Indra memanggilnya Mas Miftah
karena memang dia enam tahun lebih tua. Saat itu Mas Miftah sudah lulus SMK dan
sedang mondok bersama Indra. Indra suka sekali ngobrol, diskusi, belajar
bersama Mas Miftah. Setiap sehabis pengajian malam, pasti Indra mengajak Mas
Miftah untuk belajar bersama. Biasanya mereka membahas tentang matematika,
fisika, dan kalau sudah agak malam, biasanya topik obrolan melenceng jadi
ghibahin temen sepondok. Hehehehe
Karena kehadiran Mas Miftah di
kehidupannya lah, Indra menjadi lebih tertarik dengan matematika dan
programming. Indra juga teringat salah satu pesannya,
“Kita gak bakal bisa ngerubah seseorang, tapi kita yang harus
mengerti”
Dan
niat Indra untuk melanjutkan pendidikan agama sekaligus mimpi menjadi programmer
semakin mantap sehingga sampailah ia di Karawang
untuk bersekolah di SMK dan mengambil jurusan TKJ, setidaknya itu jurusan yang
mendekati dengan passionnya selama ini
Di Pondok, Indra susah sekali
mencari teman. Karena ternyata di Pondok yang seharusnya diisi orang orang
baik, malah banyak juga anak anak nakal. Akhirnya Indra memutuskan untuk masuk kedalam
Media of Teaching Islam (MTI) yaitu sebuah organisasi santri semacam English Club
yang memiliki tujuan menyampaikan ilmu agama, berdakwah menggunakan bahasa
inggris agar orang orang diseluruh dunia bisa mengenal agama Islam lebih dalam .
Berhubung Indra memilih SMK, Indra ditempatkan di kamar bernama Evolution
(Evolution dalam bahasa Indonesia berarti evolusi atau perubahan), kamar yang
juga diisi anak anak SMK. Ada sekitar tiga puluh anak di dalamnya, termasuk
angkatan kelas dua, dan kelas tiga tetapi angkatan kelas satu memiliki personel
paling banyak, sekitar lima belas anak. Kamar itu memiliki Wali yang bernama
Bro Mauludin atau biasa disapa Bro Uud (Bro adalah kata sapaan untuk orang yang
lebih senior dalam MTI), beliau orang paling jenius yang pernah Indra temui,
beliau sering sekali memenangkan debat bahasa inggris tingkat sekolah sampai
tingkat nasional bahkan hingga saat ini, beliau juga tegas dalam mendidik anak
anaknya untuk pandai berbahasa inggris meskipun begitu beliau merupakan guru
paling penyayang
Dari sekian banyak orang yang ia
kenal di MTI, dia sangat mengagumi sosok Bro Bowo. Dia adalah orang yang
mengajarkan Indra lebih dalam tentang ilmu komputer, dan hal yang saat itu
menarik perhatiannya adalah tentang Operating System Linux khususnya Kali Linux
yang sering dipakai untuk alat penetrasi jaringan. Bro Bowo juga pernah cerita
kalau sebenarnya dia ingin sekali berkuliah di Institut Teknologi Sebelas Maret
di Surabaya karena segala fasilitasnya itu bagus dan keren tapi
sayanganya keinginan itu tidak tercapai, namun itu justru menjadi
motivasi Indra untuk berkuliah disana.
Namun sebelum kuliah Indra ingin
sekali mengabdikan dirinya untuk mengajarkan ilmu agama. Dia pun dipilih untuk
menjadi guru pondok di boarding school, yang bertempat di Bogor dan tak hanya
mengajar ilmu agama, dia juga melatih anak anak di sana speak up berbahasa
inggris dan belajar secara grammatical. Dan disanalah ia juga bertemu dengan seseorang, yang akhirnya ia cintai. Namanya Bu
Laila, Guru Sosiologi yang sama sama mengajar di dalam boarding school itu
khusus untuk sekolah. Berawal mereka berdua kerap piket kantor bersama, lalu kadang sering main
scrabble bareng (permainan susun kata kata bahasa inggris) dan lama lama Indra
mencintainya. Indra pun memendam rasa itu sampai akhirnya Bu Laila menikah
dengan dengan rekan guru yang lain. Tak hanya itu, Indra juga memiliki rekan
guru terbaik yang bernama Pak Bahron beliau adalah orang yang mengajarkan Indra
banyak hal tentang kerasnya hidup menjadi guru. Indra yang awalnya awam tentang
meramut murid murid pondok menjadi terbiasa dan disiplin, semakin bisa
berkomunikasi dengan para orang tua, dan yang terpenting Pak Bahron amat
menginspirasi Indra bagaimana mencari teman dan percaya diri.
Disamping mengajar Indra juga sering
mereview pelajaran pelajaran SMA untuk mengantarkannya lulus SBMPTN, target
yang awal berkuliah di ITS berubah menjadi di ITB karena mempertimbangkan jarak
dan biaya. Sayangnnya, Indra tidak lolos
dalam ujian SBMPTN itu dan memutuskan untuk berkuliah di Universitas Esa Unggul
yang tidak jauh dari rumahnya
#TUGAS #BAHASAINDONESIA
Comments
Post a Comment