Poitik, Pemimpin Idealis, Pemilu 2019
Banyak hal yang gua dapet di tahun 2019 ini. Termasuk wawasan gua seputar dunia politik. Awalnya, gua tidak tertarik dengan dunia politik. Setiap kali gua nonton berita di TV, dan pembawa berita beralih ke topik politik gua akan mencari channel lain untuk menghibur diri. Kartun Dora The Explorer misalnya. Ya, gimana lagi. Ketika gua seumuran segitu, (sekitar umur 14-16 tahun) ketertarikan gua kepada politik kosong. Gua gak tahu siapa tu Surya Paloh, gua ga tahu siapa itu Tommy Soeharto, gua gak tahu siapa itu Prabowo, dan teman temannya.
Hingga pada tahun 2018 , perhatian gua terhadap politik menjadi jadi. Mungkin, didasari dengan kesukaan gua pada seorang komika yang bernama, Panji Pragiwaksono. Dia yang -bisa dibilang mengenalkan 'hal hal menggeletik' dalam politik sehingga gua bisa suka. Ditambah gaya public speaking nya yang asik.
Dan hal yang bikin gua tertarik pada politik adalah ketika gua kenal siapa 'sebenarnya' Pak Basuki Tjahja Purnama atau biasa disapa Ahok. Beliau beberapa kali tersandung masalah, seperti proyek reklamasi (cmiiw), dan masalah yang paling besar hingga membuat 'sebagian' umat islam marah yaitu beliau 'salah bicara' dan diduga menistakan salah satu ayat suci Alquran. (gua gak ngomongin itu jauh jauh disini). Gua liat videonya di Youtube, gua meriset masalah, dan semua hal itu yang bikin gua mulai merasakan bagaimana esensi berpolitik sebenarnya bagi orang sipil kayak gua
Berpolitik memang bukan keharusan. Tapi, setidaknya masyarakat (apapun ideoginya) harus cerdas dan tahu konsep politik. Harus ngeh sama siapa yang dia pilih. Dan harus tahu track record orang orang yang bakalan ada di bangku kekuasaan. Gua gak menganggap gua jago banget ilmu politik, enggak!. Tapi, gua pengen menyadarkan bagi siapapun yang membaca postingan ini. Lu kudu ngerti cara berpolitik, dan lu kudu tahu senjata apa yang digunakan orang orang elit di dalamnya.
Senjata politik bisa apa aja. Bisa UU Karet, bisa agama, bisa apapun. Yang bisa diakalin lalu nyambung dengan peluang kemenangan salah satu parpol tapi tidak bisa digunakan apabila kita juga melakukan kesalahan yang sama seperti dilakukan oleh lawan parpol. Sederhanya, lu ga mau punya pemimpin kafir, tapi , lu diem aja ketika ada kubu lain menjadikan pemimpin kafir dengan alasan rakyat sedang mencari pemimpin majemuk.
Apakah politik sekotor itu? Bisa jadi. Intinya semua orang menghalalkan segala cara demi tujuannya di bangku kekuasaan bisa tercapai. Ada yang punya tujuan materalis, ada juga yang idealis. Materalis itu gimana?, matrealis artinya dia mengukur apa yang dia lihat, rasakan, punya ketika sudah berkuasa. Misalnya., dia pengen punya lahan disana, maka dari itu dia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Idelis sebaliknya. Dia punya alasan kompleks dan hanya segelintir orang yang memahami. Contohnya adalah 'mensejahterakan rakyat'.
Lha kan semua orang orang politik kayak begitu semua tujuannya? Mensejahterakan rakyat
Sekarang gua lagi ngomongin hal yang 'jujur-jujuran'. Gua gak bilang semua tulisan di spanduk spanduk caleg di jalanan itu boong. Gua lebih suka menafsirkan visi mensejahterakan rakyat yang terpampang hanya sebagai pemanis, atau ironisnya hanya sebagai formalitas. Ada orang yang tujuannya bener, tapi berpolitiknya -gua gak mau mengatakan salah, tapi kurang bisa diterima. ada juga yang politiknya bener/bisa diterima rakyat tapi tujuannya 'nggak bener', ada yang politiknya gak bisa diterima juga tujuannya gak bener. Ada juga yang bener tujuan dan cara berpolitiknya
Ada tiga hal itu. Gua bikin bulletnya deh
- Tujuan bener, politiknya salah
- Tujuan salah, politiknya bener
- Tujuan bener, politiknya bener
- Tujuan salah, politiknya salah
*) 'salah' disini relatif artinya cara berpolitik yang 'kurang bisa diterima oleh rakyat' meskipun secara mutlak itu benar
Di tahun ini gua menilai dua kubu capres & cawapres kita masing masing terkena dua point diatas. Yaitu, tujuan bener politiknya salah dan tujuan salah, politiknya bener
Kita bahas satu satu.
Kita kenal betul dengan sosok Pak Jokowi. Dulunya Wali Kota, terus Gubernur, lalu jadi Presiden dan sekarang maju lagi mencalonkan diri, lalu kita juga kenal dengan sosok Bapak Maruf Amin, seorang yang dulunya ketua MUI dan sekarang jadi cawapres. (cuma itu yang gua tahu)
Apa sih kesalahan mereka?
Gua berani bilang bahwa Pak Jokowi adalah orang yang terbuka dan idealis. Bisa terbukti dari beliau membangun banyak sekali infratruktur dan sederet prestasi dalam waktu empat tahun. Bukti keidealisan ingin memajukan negeri ini. Tapi ada kesalahan ketika dia mengangkat Bapak Maruf Amin sebagai cawapres.
Pak Jokowi kerap kali dituding sebagai PKI, China dsb. Dan itulah yang mungkin membuat Pak Jokowi kuatir kalo elektibitasannya goyah sehingga umat Islam tidak ada yang bersuara untuknya. Dan untuk mengatasi hal tersebut, akhirnya dipilihlah Bapak Maruf Amin sebagai cawapres. Gua menganggap Pak Jokowi cenderung ingin mengamankan elektibitasannya. Bukan hanya itu, Bapak Maruf Amin juga lah orang yang ada dibarisan depan untuk menyidangi Ahok terkait kasus penistaan agama. Setelah kejadian ini banyak orang yang awalnya dukung Pak Jokowi menjadi golput. Kenapa mereka ga milih kubu lain aja? Karena kita juga sama sama tahu bahwa Pak Prabowo pun 'luwih nemen' kesalahan yang beliau lakukan dalam masa masa kampanye dan politik secara general
Pak Prabowo punya kasus HAM yang belum tuntas, beliau kurang mumpuni dalam memimpin negara secara sipil (bukan secara militer) dan banyak pernyataan beliau yang keliru dan tidak realistis (baca:ngawur). Dan siapapun yang punya akal sehat gak bakalan mau milih pemimpin seperti ini. Gambarannya, apakah lu mau menitipkan anak lu ke orang yang kasar dan gak punya pengalaman momong anak? tentu lu ga bakal mau. Begitu pula dengan Pak Prabowo. Terlebih beliau adalah seorang jendral, gua sampe saat ini belum bisa menemukan keunggulan yang 'kepake' untuk pemerintahan negeri, sehingga gua bisa menjamin bahwa Pak Prabowo adalah orang yang kurang idesalis dalam memimpin meski dalam orasinya dia menggebu gebukan kesejahteraan. Gua ga bisa bilang kalo Pak Prabowo matrealis. Karena, belum ada gerak gerik media yang mensiratkan capres nomor urut dua ini punya tujuan tertentu apabila sudah berkuasa.
Kalo bahas gaya beliau berpolitik. Secara pribadi, gua anggap salah. Karena dalam politik gua benci kalo ada orang yang membawa unsur unsur agama. Gua benci ada politikus yang dipenjarakan karena sebuah ayat. Agama terbilang saat ini merupakan senjata untuk siapapun yang ingin mendapatkan sesuatu. Caranya simple, lu kalo ngikutin gua berarti lu adalah 'orang iman' tapi kalo lu ngikutin dia berarti lu adalah 'orang kafir', terus orang ini bakal ngejelasin ayat ayat yang belum tentu penjelesan tafsir pas seperti yang ia jelaskan. Bisa jadi dipelintir sehingga banyak orang yang terkelabuhi. Lu bisa tahu kan, dulu ada caleg/capres (gua lupa) hanya karena dia punya nomor urut genap, lalu para ulama ulama di kubu seberang bilang, "haram hukumnya milih pemimpin selain nomor ganjil". What the fuck.
Dan lu bisa tahu bahwa Prabowo banyak banget pendukung ulama dibelakangnya yang offensif dan intoleran. Gua gak pernah yakin orang orang di atas panggung politik berkerja dengan suka rela. Ada keringat yang harus dibayar, atau (jangan sampai terjadi) ada ayat yang harus dibayar sehingga bisa dijadikan sebagai senjata.
Meski secara akal sehat, kedua kubu punya kekurangan. Tapi itu bukan alasan kita untuk golput. Kita tetep harus bisa mendukung pemimpin kita, bisa memberikan harapan baru bahwa Indonesia akan lebih baik ditangan orang orang yang bercita cita tercapainya negara maju, adil, dan sentosa.
Kita bisa mempertimbangkan kok, efek mana yang lebih krusial untuk rakyat demi majunya seorang presiden yang bener bener pengen mensejahterakan negeri. Pengen yang tujuan jelas dengan politik menyakitkan hati atau tujuan (diperikirakan) salah dengan politik yang kotor?. Menurut gua, tujuan adalah harga mati. Gak ada yang bisa menolak sebuah tujuan jika dirasa hal tersebut baik dan menguntungkan. Jangan baper hanya karena lu ngeliat salah satu presiden 'kok ngangkat di dia, padahal dia bermasalah', kok 'dikubunya dia banyak orang yang masih punya masalah hukum' dsb. Ingat, tujuan kita berdemokrasi untuk memilih presiden yang pantas. Dan kalo memang Jokowi melakukan demikian memang untuk menjaga elektibitasnnya dan Prabowo mengajak ulama ulama ada di kubunya untuk menyuci pikiran masyarakat biasnya politik dengan agama. Well sah sah saja. Memang seperti itu kan cara kerja politik sebenernya?
Comments
Post a Comment